Langsung ke konten utama

Kolonialisasi Media Televisi


Jangan protes kalo saya katakan "keluhan dan pesimisme adalah kewajaran pada hari ini". Begitu Indonesia menjadi topik pembicaraan, maka lebih sering Indonesia dipandang dari sisi negatif. Indonesia penuh dengan kegagalan, deretan kesemrawutan, dan kekurangan yang tanpa habis. 



Coba deh, Lihat berita-berita di TV, seolah kita dipertontonkan sebuah resep mujarab untuk pesimis. Seakan Republik ini cuma ada gagal, rusak, salah, sedih, kacau dan sejenisnya. padat dengan kabar buruk. 

Tanpa sadar kita lebih sering dan lebih suka membicarakan Indonesia dengan pandangan negatif. Permasalahan kecil seseorang diberitakan seolah-olah merupakan masalah sebangsa dan setanah air. 

Lantas mengapa kita lebih suka memfokuskan pada kegagalan sambil mengabaikan kemajuan?. bukankah semua bangsa memiliki stok masalah yang luar biasa banyaknya. Apa saja yang kita bicarakan pasti di sana ditemukan masalah, pasti ada kekurangan. 

Tidak adakah keberhasilan di republik ini? Ada banyak, tapi kita tidak membicarakan. Media justru sering mempertontonkan kegagalan- kegagalan atau sisi negative dari sebuah peristiwa, dan itu menjadi laku di masyarakat. Selain kegagalan, media juga kadang mempertontonkan hal yang kurang mendidik dan justru bisa merusak moral anak bangsa sebagai generasi penerus. 

Ironisnya, di dalam negeri kita berkeluh kesah, sementara di luar negeri kita dipandang dengan penuh decak kagum. 

Mari kita melihat yang sudah dicapai, tidak hanya memperhatikan yang belum dicapai. Tolong bedakan antara sikap optimistis dan sikap mendukung pemerintah, serta membedakan sikap kritis dengan sikap pesimistis. Optimis terhadap bangsa bukan berarti mendukung pemerintah.
Perhatikan pemasang iklan di berita TV. Tanyakan pada mereka, ingin jadi unsur perontok atau penguat percaya diri bangsa. Sering gagal membedakan kritis dan pesimis. “Niatnya” kritis, tampilnya pesimis. – Anies Baswedan

Komentar

  1. Sampah dan acara tipi itu tipis bedanya.

    BalasHapus
  2. semester lalu saya pernah dapat matakuliah 'nihilisme media'. betapa kosong dan tidak berartinya informasi yang berseliweran di media, makin komplit dengan sikap apatis kita sebagai pemirsa. Ketika rating masih meraja, artinya pemirsa masih belum dewasa.

    BalasHapus
  3. apalagi kalo media itu sudah milik politisi..

    BalasHapus
  4. benar juga nah, selama ini media pertelevisian lebih banyak ngebahas tentang masalah negatif daripada positifnya, hmm mungkin klo ngebahas yang negatif lebih banyak ratingnya kali:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. kira-kira begitu, media kan cuma cari popularitas tanpa memperhatikan selera penikmatnya :D

      Hapus
  5. mungkin termasuk acara berita di televisikah? mereka yang paling banyak menyorot dan memberitakan tentang indonesia. KAlau disimak lebih lanjut, memang terlihat seperti kritis, tapi isinya pesimis

    BalasHapus
  6. tapi ada juga lho acara tv yg baik, banyak malah. cuma, kalah jumlah dan kalah pamor daripada yg buruk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yg baik banyak tapi media memilih diam dan mendiamkan *widihh :D

      Hapus
  7. banyak sisi negatif yang ditampilkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. tinggalah kita sbg penonton yg harus selektif memlih

      Hapus
  8. tapi gue seneng kalo jaman sekarang ada tipi, daripada jaman bapak gue, sekampung tipi cuma satu! bahahahaha

    BalasHapus
  9. kalau aku nangkepnya ini lebih ke konteks berita ya?
    indonesia emang butuh tayangan yang bisa membangun, bukan menjatuhkan :)
    makasih udah ikut giveaway ini yaa~ ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. kurang lebih begitu :)

      sama2.. salut buat lombanya. topiknya kerend ^_^

      Hapus
  10. iya yah yg diberitain negatifnya teruus, positifnya kaya gak diliat.hmm

    BalasHapus
    Balasan
    1. krn mereka diam dan mendiamkan :D kitalah sbg penonton yg harus selektif ^_^

      Hapus
  11. ambil positifnya, buang negatifnya...
    kiat sukses nonton tipi zaman sekarang :)

    BalasHapus
  12. Dan, setelah umur postingan ini masuk 2 tahun dan sudah bisa diimunisasi, kolonialisasi media teve masih terjadi walaupun kemasannya sudah berbeda. Duh, miris, mendingan baca blog-nya para manusia aja lah. hahaha :D

    Salam kenal, bung.
    http://penjajakata.com/

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman dan Suka Duka Menjadi Asisten Praktikum di Kampus

Sertifikat Asisten  Ada banyak sebutan di berbagai fakultas, Asisten Lab (Aslab)/ Asisten Dosen (Asdos) / Asisten Parktikum (Asprak) yang intinya bertugas untuk membantu dosen saat mengajar mata kuliah ber-praktikum.  Pendaftaran asisten praktikum Desain dan Pemrograman Web di FILKOM UB dibuka setiap semester genap. Untuk mendaftar asisten banyak kriteria dan seleksi yang harus ditempuh. Diantaranya adalah mahasiswa aktif FILKOM UB, pernah menempuh mata kuliah yang dipilih dengan nilai minimal B. Tentu para asisten adalah orang-orang pilihan sesuai kriteria kampus. Aku pertama kali mendaftar asisten saat masuk semester 6 tahun ajaran 2015/2016. Motivasi utama saya mendaftar waktu itu adalah ingin melawan kelemahan saya, karena saya tergolong orang introvert, terkadang sulit sekali bagi saya untuk berbicara di depan umum, kadang merasa gugup atau istilah kerennya nervous ketika harus berbicara di depan banyak orang. Niatku yang paling utama adalah melatih komun...

Anak SMA vs Anak Kuliah

Dulu ketika status saya masih “Anak SMA” , saya pengen banget cepat-cepat lulus, nggak sabar pengen kuliah. Mungkin teman-teman juga banyak yang begitu kan ? hayo ngaku deh . Sekarang setelah menjadi anak kuliahan, eh bukannya senang tapi malah pengen balik lagi ke masa putih abu-abu itu. Belum cukup setahun saya menanggalkan status Anak SMA itu , kenangan manis bersama teman-teman REIGA masih segar dalam ingatan, ah pengen kembali mengulangi kisah itu. “Masa SMA memang masa yang paling alay ngangenin” Back to topic, “ Apa sih bedanya sekolah sama kuliah? Toh sama aja kerjaannya belajar belajar juga” . Memang benar, sekolah dan kuliah memiliki kesamaan yaitu : BELAJAR. Tapi menjadi seorang mahasiswa itu TIDAK MUDAH guys. Banyak tantangan yang harus dihadapi sebagai proses menjadi MANDIRI dan DEWASA . Jujur sih waktu saya SMA udah t erbiasa semua disediakan oleh orang tua. Nah i ni lah yang harus diubah mulai dari sekarang sebagai proses biar nanti nggak repot saat ...

Bangga Menjadi Apatis?

“Sebentar lagi pemilu. Udah tau mau milih siapa?” “Ah bodo amat dah. Aku gak suka politik” ***** “Tahun ini banyak yang nyaleg ya. Orang nya juga gak sembarangan.” “Ohya? Aku baru tahu malah. hahaha” (tertawa bangga)  ***** “Tahun ini pertama kali kita milih presiden nih. Kira-kira siapa ya yang bakalan menang?” “Gak tau ah, ikut keluarga aja milih siapa.” ***** “Anies Baswedan maju, coy. Ada istilah ‘turun tangan’ lagi. Gabung yuk?” “Ah kamu kayak anak Sos-Pol aja ngurusin yang begituan.” “Ya jangan apatis juga, bro” “Muak kalo ngeliat apalagi mikirin politik, yin. Kerjaan mereka korup.” “Ya jangan sampe terulang lagi lah” “Bodo ah. Gak penting juga mikirin yang begituan” ***** Saya heran, mengapa banyak orang yang apatis dan dengan bangganya mengaku apatis sedangkan di saat yang sama mereka sibuk memaki pemerintah yang ‘gak ada benernya’ di mata mereka. Mbok ya kalau tahu itu salah yo dibenerin toh. (ala Jowo). Yuk ubah pola pikir kalian teman-...